Mengkritik Bangunan Publik di Depok dengan Kritik Normatif
N O R M A T I F
•Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction)
bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah
perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard
atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
• Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan
dapat dinilai
• Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat
dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
• Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum
dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai
sebuah benda konstruksi.
MASJID KUBAH EMAS, DEPOK
Masjid kubah emas atau Masjid Dian Al Mahri yang letaknya di Depok, Jawa Barat, tepatnya di Jalan Meruyung, Kelurahan Limo, Kecamatan Cinere, Depok. Masjid ini mulai di bangun pada tahun 1999, dan di resmikan pada bulan April tahun 2006. Masjid ini merupakan milik pribadi dari Hajjah (Hj) Dian Djurian Maimun Al-Rasyid,seorang pengusaha dari Serang, Banten dan pemilik Islamic Center Yayasan Dian Al-Mahri.
Masjid ini luas bangunannya mencapai 8.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 70 hektare. Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Bangunan Masjid Kubah Emas,depok menggunakan gaya Arsitektur Byzantium. Arsitektur Byzantium merupakan arsitektur yang berada di zaman Yunani kuno,tepatnya di Konstantinopel.
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, kota ini dikelilingi tembok-tembok besar yang kokoh yang dikenal dengan nama tembok konstantin, yang dibangun pada tahun 330 Masehi oleh Kaisar Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas (golden horn) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Kota ini merupakan sebuah magnet komersial, kultural, dan diplomatik. Dengan letak strategisnya itu, Konstantinopel mampu mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari dari Laut Mediterania ke Laut Hitam. Pentingnya posisi konstantinopel ini digambarkan oleh Napoleon dengan kata-kata “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”.
Ciri-ciri Arsitektur Byzantium
Denah:
* segi empat polygonal, yang ditutup dengan atap kubah dan kubah kecil mengelilingi kubah utama, sehingga bentuknya memusat serta simetris.
* sayap pendek yang sama pasa setiap sisinya, mengambi bentuk cross
.
Dinding:
* Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilap isi dengan mosaic yang terbuat dari pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya.
Bukaan Pintu dan Jendela:
* Busur ½ lingkaran dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu dan jendela
* Jendela-jendela kecil ½ lingkaran mengelilingi dasar kubah (pendetive)
Atap:
* metode pembuatan atap dari bahan batu ataupun beton * Kubah dibentuk dengan type - simple (biasa ½ lingkaran) * melon shaped (kubah belewah) * compound (majemuk)
Kolom:
* kolom-kolomnya konstruktif, dengan kepala tiang (capital) bergaya Korintia dan Komposit.